Minggu, 11 Agustus 2013

Perbudakan Kolosal



Di Negeri Berpenduduk Muslim Terbesar di Dunia

Takut Luput Surga Diganti Kesenangan Dunia
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada pasangan-pasangan yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. 2/Al-Baqarah : 25)

Menjadikan kebahagiaan di alam akhirat di Surga Allah untuk menggantungkan cita-cita dengan segala kerinduan, manusia tidak takut tidak mendapatkan kesenangan dunia dengan segala macam ancamannya. Karena rizki untuk setiap manusia yang tidak selalu sama dan sebangun dengan kesenangan dunia, urusannya dijamin oleh yang Maha Memberi rizki.
Si perindu surga Allah di akhirat tidak pula takut terhadap serangan yang memusuhiimannya. Si perindu surga Allah di akhirat menyerahkan penjaminanpertolongan dan perlindungan dirinya sepenuhnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
 (Mereka itu adalah) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah menyiagakan kekuatan bersama untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu justru menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. 3/Aali 'Imraan : 173)

Demikian pula bila kesenangan dunia ini benar-benar binasa, benar-benar berakhir, benar-benar kiamat, orang beriman berlindung pada jaminan dari Yang Mahabaik untuk menyandarkan apapun yang terjadi dengan nasib diri, martabat dan kehormatannya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
 Dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhu mengenanai firman Allah dalam Al-Qur'an Surah 74/Al-Muddatstsir, aya 8 : "Maka apabila ditiup sangkakala", Ibnu 'Abbas berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Bagaimana akan ni'mat (aman) sedangkan (Malaikat) petugas sangkakala telah siap sangkakala di mulutnya dan ia menundukkan kepalanya untuk siap mendengar kapan saja ia diperintah kemudian ia meniup (sangkakala tanda kiamat saatnya terjadi).
Para sahabat Muhammad Rasulullah bertanya : Bagaiamana kami mengatakan?
Rasulullah menjawab : Katakanlah : Cukuplah bagi kami, Allah itu Yang Maha Menjamin (perlindungan). Pada Allah, kami bertawakkul" (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Hatim)

Pada peristiwa ditiup sangkakala itu, difirmankan Allah :
Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (QS. 74/Al-Muddatstsir : 8-10)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menyandangkan harkat dan martabat mulia pada orang beriman dengan menggantungkan hati para pengikut beliau pada dirindukannya surga Allah di kahirat.
Pengorbanan demi pengorbanan kaum mu'minin menanggung pemudharatan serangan yang menyakitkan, menghinakan dari syetan jin dan manusia menjadi pernyataan demi pernyataan, sebagaimana berikut :
Wahai orang yang beriman pada Allah yang berinvestasi dan berinvestasi dengan pengorbanan demi pengorbanan, harkat dan martabat muliamu ada pada kepastian tak terlucutinya gantungan cita-cita dan kerinduanmu pada surga Allah di akhirat kelak.
Inilah jaminan nasib diri martabat dan kekuatan keyakinan yang ada pada Maha Menaqdirkan dan Mahasucinya Allah.

Jaminan nasib diri, martabat dan kehormatan manusia pada Allah dengan surga-Nya di akhirat inilah yang digantikan oleh syetan dengan keterpedayaan kesenangan dunia, terlalaikan dari Allah yang Mahamulia.

Sandangan Martabat Rindu Surga Allah Dilucuti untuk Dihinakan

Harkat dan martabat mulia umat manusia yang telah dibangun dan diperjuangkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam beserta para shabat beliau, para perindu surga Allah di akhirat kelak, sepeninggal kepemimpinan dunia di atas jejak kenabian pertama, sejak wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian terbunuhnya 'Umar bin Khaththab, 'Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Thalib, harkat dan martabat mulia itu dilepaskan sedikit demi sedikit, diganti dengan keinginan akal dan hawa nafsu manusia yang makin hari makin merupakan kesenangan dunia.

Harkat dan martabat mulia manusia berkerinduan surga Allah di akhirat kelak makin dilucuti oleh syetan jin dan syetan manusia diganti dengan takut tidak mendapatkan bagian kesenangan dunia.

Takut tak mendapat kebahagiaan di surga Allah di Akhirat dengan segala martabat dan harkat kemuliaannya diganti dengan takut tak mendapatkan kesenangan dunia dengan segala martabat dan harkat kehinaannya.

Begitu binasa dunia ini, binasalah kesenangannya yang ditakuti kehilangannya itu.
Begitu kiamat dunia ini, kiamatlah martabat dan harkat kesenangan yang ditakuti tertinggal dari padanya itu.

Keadaan takut tak mendapat kesenangan dunia itu kini diwujudkan menjadi ukuran segala norma. Norma keadilan, kemuliaan, keberadaban dan kemajuan. Sehingga umat manusia mejadi sedemikian berebut menuju kehinaan yang telah dirancang oleh Yahudi sebagaimana rencana induk menuju kehinaan umat manusia itu telah diayatsucikan oleh mereka sebagai berikut :

Kita akan segera mulai menguasai monopoli-monopoli raksasa, reservoir-reservoir (sumber-sumber cadangan) kekayaan kolosal, yang di atas monopoli-monopoli itu nasib besar Goyim (non-Yahudi) akan bergantung sedemikian meluas yang mereka akan jatuh tersungkur ke (tingkatan paling) bawah bersama kredit negara-negara mereka pada saat setelah kehancuran politik ...
Anda tuan-tuan terhormat yang ada di sini, para ekonom (Yahudi), cukup mencari estimasi dari arti penting kombinasi ini! ...
Pada setiap jalan yang memungkinakan, kita harus mengembangkan makna penting  Super Pemerintahan (Pemerintah Bangsa-Bangsa) kita ini dengan menghadirkannya sebagai Pelindung dan Pemberi anugerah akan semua mereka yang secara sukarela tunduk pada kita.
Aristokrasi (Kekuasaan di tangan ningrat) Goyim (non-Yahudi) sebagai sebuah kekuatan politik telah mati - kita tidak perlu memasukkannya lagi dalam perhitungan; namun sebagai pemilik-pemilik tanah, mereka masih bisa membahayakan kita dengan adanya kenyataan bahwa mereka masih bisa mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri pada sumberdaya-sumberdaya (tanah) di mana padanya mereka (bisa) hidup. Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita, dengan cara membayar ongkos (pengorbanan) apapun, untuk mencabut tumpuan mereka pada tanah-tanah mereka. Sasaran ini paling tepat dibidik dengan meningkatkan beban-beban atas kepemilikan tanah tersebut - yakni dengan membebani tanah dengan hutang-hutang. Tindakan-tindakan ini akan mengurangi kepemilikan tanah dan membuat mereka tetap dalam keadaan  yang rendah dan tunduk-patuh tanpa syarat.

Kehinaan Dibawah Tekanan Beban Hutang Luar Negeri

Wahai manusia, bacalah dengan asma Rabb semesta alam, apakah perjalanan hidup kalian berada pada harkat dan martabat perindu surga di akhirat yang tunduk patuh pada Allah tanpa syarat? Ataukah dalam keadaan tunduk patuh tanpa syarat pada rencana terlaknatnya syetan jin dan syetan manusia?
Lihatlah negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.

Hutang luar negeri Indonesia hingga April 2013 mencapai Rp 2.023,72 triliun. Jumlah ini bertambah Rp 48 triliun dibandingkan posisi akhir 2012 yaitu Rp 1.975,42 triliun. Jumlah utang dalam jumlah besar ini semestinya terlihat sebagaiamana dipertanyakan Koalisi Anti Utang (KAU). Mengingat, utang itu mengakibatkan anggaran negara terus tersedot.

"Utang pemerintah ini tidak hanya menimbulkan konsekuensi beban yang besar dalam anggaran negara tapi juga telah meningkatkan dominasi modal asing dalam kegiatan ekonomi nasional," tutur Ketua KAU Dani Setiawan dalam diskusi bertema "Kebijaksan Pro Asing + Utang SBY = Negara Bangkrut" di  Jakarta Selatan, Minggu (7/7).

Menurut Dani Setiawan, pada tahun 2013 pemerintah merencanakan membayar cicilan pokok dan bunga utang sebesar Rp299,708 triliun atau sekitar 17,3 persen dari total belanja di APBN tahun ini yang berjumlah Rp1.726,2 triliun.

Sebagaimana hal itu seyogyanya diketahui pula oleh setiap orang bahwa beban hutang pemerintah adalah beban pajak rakyat.

Lepaskan Rindu Surga, Siksa Neraka yang Menghinaka Eksak Niscayanya

Lepaskanlah gantungan cita-cita dan kerinduan pada surga Allah di akhirat kelak dari hati  di dada-dada pribadi yang dibangun dengan perjuangan dengan dipimpin kenabian Muhammad bin Abdullah, niscaya dengan sendirinya berpenghujung pada kehinaan di bawah tekanan penjajahan.
Penjajah tak perlu lagi membelenggu anak bangsa terjajah dengan rantai besi, orang-orang terjajah tak akan lagi bisa bergeser dari keadaannya sebagai budak dan tawanan dengan ikatan hutang riba. Senjata dan pelurupun saatnya diperlukan akan dioperasikan oleh anak bangsa itu sendiri yang diberi uang lebih sedikit dari yang lain di barak-barak mereka sendiri. Demikian pula, anak bangsa itu sendiri, dengan anggaran negara dari pajak rakyat sendiri, membangun penjara lengkap dengan undang-undang, kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan kementriannya untuk sesamanya bukan untuk syetan jin dan syetan manusia.