Di Negeri
Berpenduduk Muslim Terbesar di Dunia
Takut Luput Surga Diganti Kesenangan Dunia
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada
kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada pasangan-pasangan yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS.
2/Al-Baqarah : 25)
Menjadikan kebahagiaan di alam akhirat di Surga Allah untuk
menggantungkan cita-cita dengan segala kerinduan, manusia tidak takut tidak
mendapatkan kesenangan dunia dengan segala macam ancamannya. Karena rizki untuk
setiap manusia yang tidak selalu sama dan sebangun dengan kesenangan dunia,
urusannya dijamin oleh yang Maha Memberi rizki.
Si perindu surga Allah di akhirat tidak pula takut terhadap
serangan yang memusuhiimannya. Si perindu surga Allah di akhirat menyerahkan
penjaminanpertolongan dan perlindungan dirinya sepenuhnya kepada Allah Subhaanahu
wa Ta'aalaa.
(Mereka itu adalah) orang-orang (yang menta`ati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
manusia telah menyiagakan kekuatan bersama untuk menyerang kalian, karena itu
takutlah kepada mereka", maka perkataan itu justru menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab : "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. 3/Aali 'Imraan : 173)
Demikian pula bila kesenangan dunia ini benar-benar binasa,
benar-benar berakhir, benar-benar kiamat, orang beriman berlindung pada jaminan
dari Yang Mahabaik untuk menyandarkan apapun yang terjadi dengan nasib diri,
martabat dan kehormatannya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu
'anhu mengenanai firman Allah dalam Al-Qur'an Surah 74/Al-Muddatstsir, aya
8 : "Maka apabila ditiup sangkakala", Ibnu 'Abbas berkata :
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Bagaimana akan
ni'mat (aman) sedangkan (Malaikat) petugas sangkakala telah siap sangkakala di
mulutnya dan ia menundukkan kepalanya untuk siap mendengar kapan saja ia
diperintah kemudian ia meniup (sangkakala tanda kiamat saatnya terjadi).
Para sahabat Muhammad
Rasulullah bertanya : Bagaiamana kami mengatakan?
Rasulullah
menjawab : Katakanlah : Cukuplah bagi kami, Allah itu Yang Maha Menjamin
(perlindungan). Pada Allah, kami bertawakkul" (HR. Ahmad dan Ibnu Abi
Hatim)
Pada peristiwa
ditiup sangkakala itu, difirmankan Allah :
Apabila ditiup
sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi
orang-orang kafir lagi tidak mudah. (QS. 74/Al-Muddatstsir : 8-10)
Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam telah menyandangkan harkat dan martabat mulia pada orang
beriman dengan menggantungkan hati para pengikut beliau pada dirindukannya
surga Allah di kahirat.
Pengorbanan demi
pengorbanan kaum mu'minin menanggung pemudharatan serangan yang menyakitkan,
menghinakan dari syetan jin dan manusia menjadi pernyataan demi pernyataan,
sebagaimana berikut :
Wahai orang yang
beriman pada Allah yang berinvestasi dan berinvestasi dengan pengorbanan demi
pengorbanan, harkat dan martabat muliamu ada pada kepastian tak terlucutinya
gantungan cita-cita dan kerinduanmu pada surga Allah di akhirat kelak.
Inilah jaminan
nasib diri martabat dan kekuatan keyakinan yang ada pada Maha Menaqdirkan dan
Mahasucinya Allah.
Jaminan nasib
diri, martabat dan kehormatan manusia pada Allah dengan surga-Nya di akhirat
inilah yang digantikan oleh syetan dengan keterpedayaan kesenangan dunia,
terlalaikan dari Allah yang Mahamulia.
Sandangan Martabat
Rindu Surga Allah Dilucuti untuk Dihinakan
Harkat dan
martabat mulia umat manusia yang telah dibangun dan diperjuangkan oleh
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam beserta para shabat beliau,
para perindu surga Allah di akhirat kelak, sepeninggal kepemimpinan dunia di
atas jejak kenabian pertama, sejak wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian
terbunuhnya 'Umar bin Khaththab, 'Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Thalib,
harkat dan martabat mulia itu dilepaskan sedikit demi sedikit, diganti dengan
keinginan akal dan hawa nafsu manusia yang makin hari makin merupakan
kesenangan dunia.
Harkat dan
martabat mulia manusia berkerinduan surga Allah di akhirat kelak makin dilucuti
oleh syetan jin dan syetan manusia diganti dengan takut tidak mendapatkan
bagian kesenangan dunia.
Takut tak mendapat
kebahagiaan di surga Allah di Akhirat dengan segala martabat dan harkat
kemuliaannya diganti dengan takut tak mendapatkan kesenangan dunia dengan
segala martabat dan harkat kehinaannya.
Begitu binasa
dunia ini, binasalah kesenangannya yang ditakuti kehilangannya itu.
Begitu kiamat
dunia ini, kiamatlah martabat dan harkat kesenangan yang ditakuti tertinggal
dari padanya itu.
Keadaan takut tak
mendapat kesenangan dunia itu kini diwujudkan menjadi ukuran segala norma.
Norma keadilan, kemuliaan, keberadaban dan kemajuan. Sehingga umat manusia
mejadi sedemikian berebut menuju kehinaan yang telah dirancang oleh Yahudi
sebagaimana rencana induk menuju kehinaan umat manusia itu telah diayatsucikan oleh
mereka sebagai berikut :
Kita akan segera mulai
menguasai monopoli-monopoli raksasa, reservoir-reservoir (sumber-sumber
cadangan) kekayaan kolosal, yang di atas monopoli-monopoli itu nasib besar
Goyim (non-Yahudi) akan bergantung sedemikian meluas yang mereka akan jatuh
tersungkur ke (tingkatan paling) bawah bersama kredit negara-negara mereka pada
saat setelah kehancuran politik ...
Anda tuan-tuan terhormat yang
ada di sini, para ekonom (Yahudi), cukup mencari estimasi dari arti penting
kombinasi ini! ...
Pada setiap jalan yang
memungkinakan, kita harus mengembangkan makna penting Super Pemerintahan (Pemerintah Bangsa-Bangsa)
kita ini dengan menghadirkannya sebagai Pelindung dan Pemberi anugerah akan
semua mereka yang secara sukarela tunduk pada kita.
Aristokrasi (Kekuasaan di
tangan ningrat) Goyim (non-Yahudi) sebagai sebuah kekuatan politik telah mati -
kita tidak perlu memasukkannya lagi dalam perhitungan; namun sebagai
pemilik-pemilik tanah, mereka masih bisa membahayakan kita dengan adanya
kenyataan bahwa mereka masih bisa mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri pada
sumberdaya-sumberdaya (tanah) di mana padanya mereka (bisa) hidup. Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita, dengan cara
membayar ongkos (pengorbanan) apapun, untuk mencabut tumpuan mereka pada
tanah-tanah mereka. Sasaran ini paling tepat dibidik dengan meningkatkan
beban-beban atas kepemilikan tanah tersebut - yakni dengan membebani tanah
dengan hutang-hutang. Tindakan-tindakan ini akan mengurangi kepemilikan tanah
dan membuat mereka tetap dalam keadaan yang
rendah dan tunduk-patuh tanpa syarat.
Kehinaan Dibawah
Tekanan Beban Hutang Luar Negeri
Wahai manusia,
bacalah dengan asma Rabb semesta alam, apakah perjalanan hidup kalian berada
pada harkat dan martabat perindu surga di akhirat yang tunduk patuh pada Allah
tanpa syarat? Ataukah dalam keadaan tunduk patuh tanpa syarat pada rencana
terlaknatnya syetan jin dan syetan manusia?
Lihatlah negeri
berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.
Hutang
luar negeri Indonesia
hingga April 2013 mencapai Rp 2.023,72 triliun. Jumlah ini bertambah Rp 48
triliun dibandingkan posisi akhir 2012 yaitu Rp 1.975,42 triliun. Jumlah utang
dalam jumlah besar ini semestinya terlihat sebagaiamana dipertanyakan Koalisi
Anti Utang (KAU). Mengingat, utang itu mengakibatkan anggaran negara terus
tersedot.
"Utang pemerintah ini tidak hanya menimbulkan konsekuensi beban yang besar dalam anggaran negara tapi juga telah meningkatkan dominasi modal asing dalam kegiatan ekonomi nasional," tutur Ketua KAU Dani Setiawan dalam diskusi bertema "Kebijaksan Pro Asing + Utang SBY = Negara Bangkrut" di Jakarta Selatan, Minggu (7/7).
Menurut Dani Setiawan, pada tahun 2013 pemerintah merencanakan membayar cicilan pokok dan bunga utang sebesar Rp299,708 triliun atau sekitar 17,3 persen dari total belanja di APBN tahun ini yang berjumlah Rp1.726,2 triliun.
"Utang pemerintah ini tidak hanya menimbulkan konsekuensi beban yang besar dalam anggaran negara tapi juga telah meningkatkan dominasi modal asing dalam kegiatan ekonomi nasional," tutur Ketua KAU Dani Setiawan dalam diskusi bertema "Kebijaksan Pro Asing + Utang SBY = Negara Bangkrut" di Jakarta Selatan, Minggu (7/7).
Menurut Dani Setiawan, pada tahun 2013 pemerintah merencanakan membayar cicilan pokok dan bunga utang sebesar Rp299,708 triliun atau sekitar 17,3 persen dari total belanja di APBN tahun ini yang berjumlah Rp1.726,2 triliun.
Sebagaimana hal itu seyogyanya diketahui pula oleh setiap orang bahwa beban
hutang pemerintah adalah beban pajak rakyat.
Lepaskan Rindu Surga, Siksa Neraka yang Menghinaka Eksak Niscayanya
Lepaskanlah gantungan cita-cita dan
kerinduan pada surga Allah di akhirat kelak dari hati di dada-dada pribadi yang dibangun dengan
perjuangan dengan dipimpin kenabian Muhammad bin Abdullah, niscaya dengan
sendirinya berpenghujung pada kehinaan di bawah tekanan penjajahan.
Penjajah tak perlu lagi membelenggu anak
bangsa terjajah dengan rantai besi, orang-orang terjajah tak akan lagi bisa
bergeser dari keadaannya sebagai budak dan tawanan dengan ikatan hutang riba.
Senjata dan pelurupun saatnya diperlukan akan dioperasikan oleh anak bangsa itu
sendiri yang diberi uang lebih sedikit dari yang lain di barak-barak mereka
sendiri. Demikian pula, anak bangsa itu sendiri, dengan anggaran negara dari
pajak rakyat sendiri, membangun penjara lengkap dengan undang-undang,
kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan kementriannya untuk sesamanya bukan untuk
syetan jin dan syetan manusia.